Minggu, 15 Januari 2012

mbah mbuh

Pada suatu hari ada seorang kakek yang tinggal di rumahnya bersama cucunya.
“Kamu nggak bosen Cu?”
“Ya bosen sih kek…emang kenapa?”
“Enggak kok cu…”kata sang kakek sambil memalilngkan muka dengan mata berkaca-kaca.
“Loh, kakek kenapa??”Tanya sang cucu merasa kasihan.
“Gak papa kok cu ini cuma…”
“Cuma apa kek???”
“Minta dikerokin…hehe”kata sang kakek cengingisan.
“Yah..kenapa nggak bilang dari tadi kek…gitu aja kok susah banget”
“Hehe…kerokin ya cu…”
Saat sedang mengerok punggung sang kakek tiba-tiba…
“Aduh…” kata sang kakek
“Kenapa kek?” Sang cucupun bertanya
“Kamu kerokinnya pake apa sih cu?”
“Pake koinlah kek…masa pake pisau”
“Tapi kok sakit sih?! coba kakek liat koinnya…”
“Aduh cucu…pantes aja sakit,koinnya aja gradakan” keluh sang kakek
“Heh? masa sih?!”
“Nih liat nih” kakek pun memberikan koin tersebut
“Wahahaha maaf ya kek,Yudi gak tau kalo koinnya udah gradakan digigit tikus”
Tiba-tiba dari luar terdengar suara orang berteriak kebakaran. Yudi langsung keluar, ia melihat sebuah rumah berkobaran api, ia pun ikut membantu warga sekitar memadamkan api karena tampaknya pemadam kebakaran belum juga datang. Tapi dalam rumah terdengar suara wanita minta tolong, tanpa pikir panjang Yudi langsung berlari ke dalam rumah untuk menyelamatkan wanita tersebut.
Setelah dicari akhirnya Yudi berhasil menemukan wanita tadi di suatu ruangan.
Tapi ketika Yudi memasuki ruangan dan akan menyelamatkan wanita tadi, perut Yudi meraung karena sebenarnya Yudi belum makan sejak tadi pagi, akhirnya Yudi pingsan di ruangan tadi.
Untung aja pemadam kebakaran datang dan menyelamatkan mereka berdua.
>>>>>>>
Sang gadis menatap dalam Yudi dan berkata
“Thanks ya, kamu udah nylametin aku”kata sang gadis yang sepertinya mulai kesengsem sama Yudi.
Tiba-tiba ‘Byuuurr’ kakek Wahyu menyiram muka Yudi yang masih pingsan.
“Hah...gadisnya masih di dalam rumah kata Yudi gugup.
“Aku di sini kok…” sang gadis tersenyum pada Yudi
“Eh, aduh kamu nggak pa-pa?? Maaf ya tadi aku pingsan, padahal mau nolong kamu, ya mau gimana lagi perutku belum diisi, hehehe” Yudi tertawa malu
“Hmm…kalau butuh saya buatkan makanan… tapi… rumah saya kebakaran”.
“Di rumah kami aja” kata kakek Wahyu
“Ah boleh?”
“Boleh kok…sekalian kamu tinggal di sana aja, soalnya kakek pengen banget punya anak perempuan” kata kakek
“Kakek…dia itu lebih cocok jadi cucu kakek…” kata Yudi
“Hahahaha…” semua orang yang berada di sana tertawa.
Setelah berkenalan ternyata nama gadis tadi adalah Lusi.
Ya begitulah… Lusi pun akhirnya tinggal bersama Yudi dan kakek Wahyu untuk sementara waktu
***
Singkat cerita pada suatu malam sebelum tidur Yudi menggaruk-garuk pantatnya karena merasa gatal. Melihat hal itu kakek Wahyu mencoba menasehati cucunya
Cu… ya mbok kalo tangan kamu kotor itu cuci tangan dulu cu…
Kemaren udah kok kek… kata Yudi sambil mengucek matanya dengan tangan kotornya
“yah… kemaren ya kemaren, sekarang ya sekarang, dibilangin orang tua kok ngeyel”
”Sama aja ah kek…” kata Yudi sambil melangkah ke kamarnya

Keesokan harinya penglihatan Yudi menjadi kabur karena kotoran matanya banyak sekali. Ketika Yudi melihat Lusi, ia salah menyebut namanya, mendengar hal itu Lusi menjadi marah
”Slamat pagi Yudi” Lusi menyapa Yudi yang baru bangun dari tidurnya
”Ah…selamat pagi Eni…”kata Yudi
”Heh?siapa itu Eni!?” Keluh Lusi
”Ah?bukan siapa-siapa kok, maaf aku salah sebut nama…” jelas Yudi
”Pacar kamu ya?”
”Bukan kok…” jawab Yudi
”(hiks) Yudi kamu nggak tau kalo sebenernya…” kata Lusi berlalu

Di lain tempat Yudi bicara dengan kakek Wahyu
”Kakek, Lusi kenapa?” Tanya Yudi
”Loh?bukannya Lusi cemburu?” Jawab kakek singkat
”Heh?apa?cemburu??”
”Iya, dia cemburu karena kamu nyebut nama eni” lanjut kakek
”Loh… kok bisa ya…???” Yudi berfikir
***

Lusi duduk melamun sendirian diatas ayunan di bawah pohon samping rumah. Melihat hal tiu kakek Wahyu datang menghampiri Lusi
“Hey …“ sapa kakek
“Hey kek …” jawab Lusi lemas
“Loh kok murung gitu sih? Kenapa? Jelek tahu …”
“Itu kek … Si Yudi …”
“Oh si Yudi … Udahlah … Gak usah di pikir lagi, dia nggak sengaja ko, lagian Eni itu kan ….”
“Siapa!? Pacar dia kan !!? Kakek nggak usah ngebelain dia deh …”
“Eh … bukan …”
Tiba-tiba Yudi muncul
“Lus aku mau ngomong …Sebenarnya Eni itu bukan siapa-siapa aku … sumpah. Dia cuma ….”
“Apa !? apa !?”
“Dia Cuma …”
“Dia Cuma penjual jamu langganan aku …. tuh dia orangnya …”
Kata Yudi sambil menunjuk penjual jau yang datang menghampiri mereka.
“Mbak, jamu mbak? Eh mbak, tahu nggak sih mbak … orang kalo suka marah tuh cepat tua loh mbak … oleh karena itu saya punya ….
Eng ing eng …. Jamu awet muda, ini jamu limited edition lho mbak ….” Kata penjual jamu sambil nuang jamu ke gelas.
Pada saat itu Yudi meraih tangan Lusi
“Lus, aku mau ngomong kalau sebenarnya aku ….
Aku suka ama kamu, aku cinta ama kamu, kamu mau nggak jadi istri aku, jadi ibu dari anak-anak aku kelak”.
Mendengar hal itu, wajah Lusi menjadi merah padam,
“Emm … iya aku mau jadi istri kamu, aku mau jadi ibu dari anak-anak kamu kelak” kata Lusi tersipu malu
Sambil tersenyum Yudi langsung memeluk Lusi, dalam pelukan Yudi, Lusi meminta maaf karena sudah salah sangka sama Yudi, Yudi memaklumi hal tersebut karea di dalam cinta pasti ada rintangan yang menghalangi.
Akhirnya mereka berdua menikah dan hidup bahagia bersama kakek Wahyu.

*** \(^o^)/***

Minggu, 08 Januari 2012

Teruo Nakamura tidak sengaja ditemukan oleh salah satu penerbang

Teruo Nakamura adalah salah satu serdadu Jepang pada Perang Dunia II yang tidak menyerah sampai pada 1974. Dia sebenarnya berkebangsaan Taiwan, dengan nama Attun Palalin. Nakamura lahir pada 1919, dia masuk ke dalam unit sukarelawan Takasago, yang merupakan bagian dari Ankatan Perang Kerajaan Jepang pada November 1943. Dia di tempatkan di Pulau Morotai (sekarang masuk dalam provinsi Maluku Utara). Dalam pertempuran sengit di pulau itu, Nakamura dikabarkan tewas pada Maret 1945. Akan tetapi, sebenarnya Nakamura selamat dari perang yang sangat sengit itu. Dia berkelana di dalam hutan di pulau Morotai. Pada 1956 dia membangun gubuk kecil sebagai tempat berlindung.
Usianya kala itu masih 23 tahun. Hiroo Onoda termasuk di antara serdadu-serdadu Jepang yang diterjunkan ke Pulau Lubang, pulau kecil di barat Filipina. Menjelang keberangkatan, sang komandan menegaskan kepada mereka: "Kalian dilarang menyerah pada kematian. Entah tiga tahun atau lima tahun, kami akan kembali untuk menjemput kalian. Bertempurlah hingga saat itu dan bahkan jika pasukanmu hanya tinggal satu orang. Jika di sana hanya ada kelapa, hiduplah hanya dengan kelapa. Tidak ada alasan untuk menyerah atau mengakhiri hidup!" Onoda memegang teguh janji sang komandan, hingga 29 tahun kemudian.
Beberapa bulan kemudian, tentara sekutu menyerang pulau tersebut. Onoda dan teman-temannya terpukul mundur. Mereka tercerai-berai dan melarikan diri ke dalam hutan. Di hutan itulah mereka hidup seadanya. Kadang-kadang mereka turun ke desa untuk mencuri makanan.
Pada Agustus 1945, Onoda dan kawan-kawan menerima pesan dari penduduk desa bahwa perang telah usai. Berulang kali pesawat Amerika menabur selebaran yang memerintahkan para serdadu Jepang keluar dari persembunyian mereka karena perang telah usai.
Onoda dan kawan-kawannya tidak mau percaya begitu saja. Mereka menduga itu hanyalah taktik licik Amerika untuk memaksa mereka keluar.
Satu per satu rekan Onoda akhirnya menyerah atau meninggal. Bahkan pada tahun 1953, mereka tinggal tersisa dua orang, Onoda dan Kozuka. Keduanya bertahan hidup bertahun-tahun di pulau tersebut, menolak untuk menyerah. Hingga akhirnya pada Oktober 1972, sembilan belas tahun kemudian, Kozuka tewas ditembak polisi Filipina ketika sedang mencuri makanan.
Berita tewasnya Kozuka disampaikan ke Jepang. Pemerintah Jepang pun menduga bahwa masih ada beberapa serdadu Jepang yang bersembunyi di pulau tersebut. Tim pencari pun dikerahkan namun mereka tidak berhasil menemukan Onoda.
Seorang mahasiswa Jepang bernama Norio Suzuki terobsesi dengan cerita tersebut. Maka pada 1974 dia pun memutuskan seorang diri berangkat ke Pulau Lubang untuk mencari serdadu Jepang yang tersisa.
Suzuki berhasil bertemu dengan Onoda dan membujuknya pulang ke Jepang. Namun Onoda terus menolak. Dengan alasan dia hanya mau menyerah apabila diperintahkan oleh sang komandan.
Dua minggu kemudian Suzuki kembali ke Pulau Lubang bersama Mayor Taniguchi, salah seorang perwira tinggi Jepang pada Perang Dunia II. Pada waktu itu, Mayor Taniguchi sudah alih profesi menjadi seorang pedagang buku. Lewat pengeras suara, Taniguchi menyerukan kepada Onoda untuk segera menyerah karena Jepang sudah kalah perang. Dengan berpakaian lengkap, Onoda mengakhiri pertempuran selama hampir 30 tahun.
Onoda kembali ke Jepang namun dia terkejut melihat kemajuan Jepang. Terlalu banyak yang berubah. Dia tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan di negaranya hingga akhirnya dia pun memutuskan pindah ke Brazil untuk mengurus sebuah peternakan kuda
Gubuk milik Nakamura tidak sengaja ditemukan oleh salah satu penerbang pada 1974. Kemudian, paa November 1974, Pemerintah Indonesia menghubungi kedutaan Jepang untuk membawa Nakamura kembali ke Jepang. Misi ini dilakukan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia pada 18 Desember 1974. Setelah berhasil dijemput oleh TNI, Nakamura diterbangkan ke Jakarta. Setelah dipulangkan ke Jepang pada 27 Desember 1974, Nakamura memutuskan untuk kembali ke Taiwan, dan meninggal lima tahun kemudian, yaitu pada 1979 akibat kanker paru yang dideritanya.
Satu hal yang menarik, saat dia berhasil ditemukan olah TNI, Nakamura tidak mengucapkan satu patah kata pun, baik dengan bahasa Jepang ataupun Taiwan. Kemungkinan hal ini akibat terlalu lama hidup dalam kesendirian selama 30 tahun. Nakamura tinggal di pulau Morotai dari 1944 hingga 1974. Sungguh luar biasa Nakamura.
 
Sebelum ditangkap TNI, Nakamura sering mencuri jemuran (jemuran beras, jagung, dsbg.). Nakamura ditangkap sama TNI dengan cara diputerin lagu "Kimigayo" ( Lagu Nasional Jepang ) sama lagu pop semasa dia hidup